Seberapa Perlukah Kita Harus Memiliki Sifat Pemurah Dan Menjauhi Sifat Kikir?

Perlukah Kita Harus Memiliki Sifat Pemurah Dan Menjauhi Sifat Kikir, hadits tentang sifat pemurah dan menjauhi sifat kikir, pengertian sifat pemurah,
Seberapa Perlukah Kita Harus Memiliki Sifat Pemurah Dan Menjauhi Sifat Kikir?

Guru Sejarah - Surat Al-Alaq adalah wahyu pertama diuturunkan Allah SWT kepada nabi Muhammad SAW, setiap tahunnya pada malam diturunkannya ini umat muslim selalu memperingatinya dengan malam Nuzulul Qur'an.

Melalui surat Al-Alaq, Allah SWT menjelaskan bahwa penciptaan manusia menduduki posisi predikat sempurna jika dibandingkan makhluk lain. Namun, sifat manusia itu yang terbentuk dari hasil interaksi kompleks antara faktor genetik, lingkungan, pengalaman hidup, dan keyakinan ataupun nilai-nilai yang dianut ada yang bermacam-macam, ada sifatnya baik dan sebaliknya ada juga yang sifatnya buruk. 

Sifat yang baik atau positif seperti bijaksana, mandiri, sabar, kritis, pemurah, pemaaf, dan sebagainya. Sedangkan sifat buruk atau dapat dikatakan sifat negatif pada diri seseorang itu seperti sombong, minder, pesimis, egois, kikir, dan sebagainya.

Lantas buat apa kita bersikap positif atau memiliki sifat baik?

Karena yang namanya orang baik itu (memilki sifat positif) dalam hidupnya pasti semua orang senang terhadapnya. Begitu juga Allah Swt sebagai Sang Pencipta. Dia sangat senang dengan kebaikan dan keindahan. Karena Allah Swt juga memilki sifat pengasih dan penyayang. Dan Allah Swt juga Maha Indah. Dia amat suka dengan keindahan.

Baik sekarang kita simak sama-sama untuk apa alasan kita diperintahkan oleh Allah Swt untuk selalu bersikap baik atau memilki sifat baik, salah satunya kita ambil contoh adalah sifat pemurah. Buat apa kita terlalu pemurah menyebabkan sesuatu yang kita miliki nanti bisa hilang. Nah nanti kalau sudah hilang apa bisa kembali lagi di mana kita bisa memperolehnya lagi?

Jika diartikan sesuai Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kata pemurah itu dapat diartikan orang yang suka memberi, orang yang tidak pelit, orang yang rendah hati. Jadi orang yang pemurah itu adalah orang yang memiliki hati yang lapang, tidak kikir suka memberi dan menolong. Dengan kata lain, kemurahan hati juga berarti kelapangan hati melihat kepemilikan orang lain. Di dalam hatinya tidak terbersit pikiran buruk terhadap kepemilikan orang lain. Hati orang yang pemurah tidak menjadi sempit karena menyaksikan kepemilikan orang lain. Dia yakin akan Allah Swt yang maha kaya dan pemberi rezki akan menjadi urusan-Nya dalam menggantikannya nanti.

Sesuai Hadis Riwayat Muslim dari Abu Hurairah tentang sifat pemurah dan tidak kikir berikut:

Artinya:

“Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Tidaklah sedekah itu mengurangi harta, dan tidaklah Allah Swt. menambah bagi seorang hamba dengan pemberian maafnya (kepada saudaranya,) kecuali kemuliaan (di dunia dan akhirat), serta tidaklah seseorang merendahkan diri karena Allah Swt. kecuali Dia akanmeninggikan (derajat)nya (di dunia dan akhirat).” (HR. Muslim)

Penjelasan tentang isi kandungan di atas, Abdullah bin Taslim menjelaskan bahwa arti “tidak berkurangnya harta dengan sedekah” adalah dengan tambahan keberkahan yang Allah Swt jadikan pada harta dan terhindarnya harta dari hal-hal yang akan merusaknya di dunia, juga dengan didapatkannya pahala dan tambahan kebaikan yang berlipat ganda di sisi Allah Swt di akhirat kelak, meskipun harta tersebut berkurang secara kasat mata“. Sedang Arti “bertambahnya kemuliaan orang yang pemaaf di dunia.” adalah dengan dia dimuliakan dan diagungkan di hati manusia, Arti “tawadhu’ (merendahkan diri) karena Allah Swt”. adalah merendahkan diri dari kedudukan yang semestinya pantas bagi dirinya, untuk tujuan menghilangkan sifat ujub (bangga terhadap diri sendiri), dengan niat mendekatkan diri kepada-Nya, dan bukan untuk kepentingan duniawi. Arti ketinggian derajat orang yang merendahkan diri, karena Allah Swt. di dunia adalah dengan ditinggikan dan dimuliakan kedudukannya di hati manusia karena sifat tersebut, dan di akhirat dengan pahala yang agung dan kedudukan yang tinggi di sisi-Nya.

Berdasarkan penjelasan di atas kiranya sudah jelaslah bagi kita seberapa perlukah kita untuk harus memiliki sifat pemurah dan menjauhi sifat kikir dalam kehidupan sehari-hari. Ataupu seberapa rugikah jika sifat-sifat baik seperti sifat pemurah tersebut tidak kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari. Mudah-mudahan setelah kita mempelajari materi tentang Hadis Riwayat Muslim dari Abu Hurairah tentang sifat pemurah dan menjauhi sifat kikir ini, kiranya dapat menjadi pelajaran berharga bagi kita akan pentingnya sifat-sifat baik atau positif tersebut kita tanamkan dan biasakan dalam kehidupan sehari-hari.***


Ditulis oleh: Sufridawati, S.Pd.I (Guru MTsN 2 Aceh Barat Daya)

Post a Comment for "Seberapa Perlukah Kita Harus Memiliki Sifat Pemurah Dan Menjauhi Sifat Kikir?"