40 Kumpulan Pribahasa Aceh dan Maknanya Dalam Kehidupan Sehari-hari

40 Kumpulan Pribahasa Aceh dan Maknanya Dalam Kehidupan Sehari-hari
40 Kumpulan Pribahasa Aceh dan Maknanya Dalam Kehidupan Sehari-hari

"Pribahasa Aceh ini kerap sekali kita jumpai dan dengar dari ucapan-uacapan orang tua dalam masyarakat Aceh di saat mereka ingin menasehati orang-orang muda. Mereka tidak menyampaikannya secara langsung, namun sengaja disampaikan dalam bentuk pribahasa supaya para anak-anak muda dapat menafsirkannya sendiri sekaligus mendapat pelajaran dari itu."

GURUSEJARAH.WEB.ID - Pribahasa Aceh atau pribahasa dalam bahasa Aceh sering juga diistilahkan dengan Hadih Maja. Hadih maja adalah nasihat yang menampilkan sejarah masa lampau Aceh yang memadukan unsur pengajaran serta hiburan.

Di dalam hadih maja ini biasanya mengandung unsur filosofi yang digunakan sebagai nasehat. peringatan, penjelasan, perumpamaan bahkan sindiran halus sebagai pedoman dalam menjalani kehidupan bermasyarakat di Aceh.

Berikut terdapat empat puluh kumpulan pribahasa Aceh (hadih maja) dan maknanya yang terkandung dalam kehidupan sehari-hari dan berguna terutama buat para generasi saat ini.

1. Adat meukoh reubong, hukom meukoh pureh. Adat jeut beurangho takong, hukom hanjeut talanggeuh
(Adat berpotong rebung, hukum berpotong lidi. Adat bisa saja dihindari, hukum tidak bisa dibantah).
Artinya: Hukum Tuhan adalah hukum yang lebih sempurna, oleh karena itu harus dipatuhi dan tidak boleh diganggu gugat.

2. Poma ngon ayah, keulee ngon guree. Ureung nyan ban lee tapeumulia, pat pat na salah meuah talakee, dudoe meunteuntee tamong syiruga
(Ibu dengan ayah, ketiga dengan guru. Ketiga orang itu harus dimuliakan, di mana ada salah minta dimaafkan, di akhirat nanti diberi surga).
Artinya: Nasihat untuk anak-anak agar mereka berbuat baik kepada ibu, ayah, dan guru, sehingga mendapat pahala dari Tuhan.

3. Lailah haillallah, kalimah thaibah payong pagee, sou nyang afai kalimah nyan, seulamat iman di dalam hatee
(Lailah haillallah, kalimah taubah payung kiamat, siapa hafal kalimah itu, selamat iman di dalam hati).
Artinya: Seseorang yang taat beribadah akan diberi balasan yang setimpal dihari kiamat sesuai dengan amal perbuatannya.

4. Umu geutanyo hana siuroe siemalam, oleh seubab nyan taubat beuna.
(Umur kita tidak ada sehari semalam, oleh karena itu bertaubatlah).
Artinya: Anjuran kepada siapa pun yang banyak berbuat salah dan dosa agar bertaubat kepada Allah SWT serta memohon ampunan kepada-Nya.

5. Abeh nyawong Tuhan tung, abeh areuta hukom pajoh.
(Habis nyawa Tuhan yang ambil, habis harta hukum yang makan).
Artinya: Ke mana kita pergi, suatu saat bisa dipanggil menghadap Tuhan.

6. Teugoh teuga ta ibadat, tahareukat yoh goh matee
(Selagi kuat beribadahlah, berusahalah mencari rezeki sebelum mati).
Artinya: Manfaatkanlah waktu dengan sebaik-baiknya untuk beribadah dan bekerja mencari rezeki yang halal.

7. Adat bak po teumeureuhon, hukum bak Syiah Kuala, Kanun bak putro Phang, Reusam bak Lakseumana (bentara), Adat ngon hukum lage Zat ngon sifeut. 
(Adat yang berlaku adalah kekuasaan raja, hukum yang dijalankan adalah keputusan ulamanya, dan tata cara pelaksanaan sehari-hari terserah kepada tuan putri, sementara adat istiadat lama yang berjalan serta keamanan negeri dipulangkan kepada laksamana atau bentara (panglima perang). Adat dan hukum seperti zat dengan sifat).
Artinya: Menggambarkan sistem pemerintahan dan peraturan hukum dan kemasyarakatan di Aceh yang masih digunakan hingga kini.

8. Raje adil raje disembah, raje lalim raje disanggah. 
(Raja adil akan disembah, raja lalim akan disanggah).
Artinya: Setiap raja yang memerintah dengan adil, bijaksana dan jujur perlu dihormati atau diikuti. Tetapi jika lalim dan bertindak sewenang-wenang perlu dilawan.

9. Alah satantang bana urek same buku, alah sesuai au jo pinago, ibarat pinang pulang ka tampuak, sirih baliek ka guyanggayo, pucuak dicinto ulam tibo, kuah tatunggang diaten nasi, lai kuak lai makanan, di ateh daluang hidangan tiba. 
(Sudah tepat (persis) benar urat dengan buku,  sudah tepat (sesuai) aur dengan pinaga, 
ibarat pinang pulang ke tampuk,  sirih berbalik ke tampuknya,  pucuk dicinta ulam tiba. 
Kuah ditumpahkan di atas nasi, tambah kuah tambah makanan, di atas dulang (nampan) makanan tiba).
Artinya: Suatu pekerjaan yang cocok adalah yang paling sesuai dan harmonis.

10. Bia Sutan kito di kampuang, Rajo di nagari, kalau di rantau dagang juo. 
(Biar bangsawan kita di kampung, raja di negeri, kalau ke rantau berdagang juga).
Artinya: Walaupun kita adalah keturunan orang baik-baik atau raja di negeri sendiri, tetapi bila di tempat lain harus menyesuaikan diri dengan situasi dan kondisi lingkungan baru tersebut supaya tidak terjadi pertentangan dengan adat kebiasaan setempat.

11. Umong meutang, urang meupeutua, rumoh meuadat, pukat meukaja
(Sawah berpematang, orang berpemimpin, rumah beradat, pukat berkaja).
Artinya: Setiap masyarakat harus mempunyai pemimpin yang mengatur hak dan kewajiban masyarakatnya. Apabila tidak mempunyai pemimpin yang baik, masyarakat itu akan bercerai-berai.

12. Hukom nanggroe keupakaian, hukum Tuhan keu kulahkama.
(Hukum negara untuk pakaian, hukum Tuhan untuk mahkota).
Artinya: Hukum di suatu tempat (negara) harus digunakan dan dipatuhi sebagai tata cara dalam kehidupan bermasyarakat. Hukum Tuhan merupakan pedoman hidup dan wajib dijunjung lebih tinggi daripada hukum negara itu sendiri.

13. Matee aneuk meupat jeurat, gadoh adat pat tamita. 
(Mati anak ada kuburan, hilang adat di mana harus mencarinya).
Artinya: Apabila kita tidak mematuhi peraturan yang berlaku dalam masyarakat, berarti melenyapkan (menghilangkan) adat istiadat yang berlaku. Seandainya itu terjadi, bagaimana mengembalikan adat istiadat tersebut pada tempatnya semula?

14. Tajak beutroh takalon beudeuh, beek rugo meuh saket hatee.
(Pergi sampai ke batas, melihat harus jelas dan jangan sampai rugi maupun sakit hati).
Artinya: Apa yang kita dengar dan kita kerjakan harus diperiksa atau dipikir terlebih dahulu, jangan sampai menyesal di kemudian hari.

15. Uleueu bak matee, ranteng beek patah, baut beujeut, geutanyo beek leumah
(Ular harus mati, ranting jangan patah, pekerjaan harus jadi, kita jangan nampak).
Artinya: Menyelesaikan suatu perkara harus bijaksana, sehingga tidak merugikan kedua belah pihak.

16. Tahemat yoh mantong na, beuteugoh that yoh goh cilaka
(Hemat semasa masih ada, hati-hati sebelum celaka).
Artinya: Berhematlah pada waktu kita senang (berada), tetapi berhati-hatilah sebelum terjerumus (menderita). Di daerah Gayo, Aceh Tengah, terdapat pepatah yang maknanya sama yaitu: "inget-inget sebelum kona, hemat jimet tengah ara" (ingat sebelum kena, hemat selama masih ada).

17. Bulet lagu umut, tirus lagu gelas
(Bulat seperti batang pisang, lurus seperti gelas (gagang pancing)).
Artinya: Suatu kebijakan harus melalui musyawarah mufakat untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

18. Rudah u manyang rhot bak muka dro teuh
(Meludah ke atas jatuh ke muka sendiri).
Artinya: Orang yang mengkhianati orang lain suatu saat akan mendapat balasan atas perbuatan tersebut pada dirinya sendiri.

19. Seumaseeh papa, seutia matee
(Pengasih papa (miskin), setia mati (hilang nyawa)).
Artinya: Orang pengasih tidak sampai hati melihat orang lain menderita, oleh karena itu dia suka memberi. Akibatnya dia juga senantiasa berada dalam kekurangan. Orang yang setia kawan akan memikul akibat dari kesetiaannya, misalnya ikut membela kehormatan kawannya.

20. Abah lagee manopk keumarom
(Mulut seperti mulut ayam mengeram).
Artinya: Sindiran yang ditujukan kepada orang yang suka meributkan hal-hal kecil atau sepele.

21. Asee paleh, bui paleh, eungkong paleh. 
(Anjing celaka, babi celaka, monyet celaka).
Artinya: Semacam umpatan untuk menghina seseorang yang tidak tahu apa-apa.

22. Nyang sulet kreuhkoh, nyang toh boh
(Orang yang suka berbohong selalu resah, ayam setiap bertelur merah mukanya).
Artinya: Orang yang berbohong selalu dihantui perasaan was-was karena takut kebohongannya akan terbongkar. Oleh sebab itu, dia akan tampak gelisah, tidak tenang, tingkah lakunya gugup, dan air mukanya sering berubah-ubah.

23. Meunyo ate hana teupeh, pada bijeh jitem suba. 
(Apabila perasaan tidak tersinggung, ia akan memberi segala-galanya).
Artinya: Dalam berteman selalu mengedepankan sikap tenggang rasa, tata krama, sopan santun, dan saling menjaga. Jika hal itu dapat terwujud, persahabatan akan terjalin erat dan menumbuhkan rasa persaudaraan yang dalam. Jika sudah demikian, apapun yang diminta dengan mudah akan
diberikan.

24. Udep saree, matee sahid
(Hidup penuh kehormatan, mati membela kebenaran agama Islam).
Artinya: Semboyan orang Aceh yang sangat menjunjung tinggi harga diri (kehormatan pribadi), agama, dan lingkungan (masyarakat). Ketiganya akan dibela mati-matian jika memperoleh ancaman dari mana pun.

25. Hukom meujroh meupoh bek
(Hukum berbaikan memukul jangan).
Artinya: Setelah berdamai, tidak ada lagi rasa saling mendendam, mengungkit-ungkit kesalahan lawan, niat untuk memukul (mencederai) lawan atau musuh itu, dan tidak mencari mana yang salah dan mana yang benar. Sebab, hukum berbaikan (meujroh) adalah saling memaafkan atas keterlanjuran dan kesalahan agar tidak terjadi balas dendam di kemudian hari.

26. Leumoh tanoh keubeue meukeubang. 
(Lembek tanah kerbau berkubang).
Artinya: Apabila dalam suatu negeri hukum yang berlaku lemah, maka lemah pula peraturan dan pemimpinnya, sehingga negeri itu akan mudah diatur oleh orang luar. Ibaratnya seperti tanah lembek, yang dijadikan tempat berkubang kerbau, karena lumpur yang melekat ditubuh kerbau itu adalah penghalang dari gigitan nyamuk.

27. Leumoh parang beusoe tan meulila. 
(Lemah parang besi tidak mempunyai baja).
Artinya: Parang atau pisau akan tajam bila besinya mengandung kadar baja yang tinggi. Ini merupakan kiasan bahwa suatu pemerintahan harus memiliki kemampuan yang bagus dalam melaksanakan segala urusan, agar setiap permasalahan dapat diselesaikan dengan baik.

28. Hak buya di dalam krueng
hak rimueng bak bineh rimba. 
(Hak buaya di dalam sungai, hak harimau di pinggir rimba).
Artinya: Setiap makhluk Tuhan telah ditentukan kehidupan dan rezekinya masing-masing.

29. Seubab musang binasa teubee
(Sebab musang binasa tebu).
Artinya: Musang adalah binatang yang sangat menyukai tebu. Karena kegemarannya itu, sewaktu menyantap tebu dia bisa merusak satu rumpun batang tebu. Pangkal batang digigitnya, sedangkan ujung tebu dibiarkan saja rebah bertumbangan.
Peribahasa ini mengingatkan bahwa kejadian yang tampaknya sepele dapat mengakibatkan kerugian yang cukup besar jika tidak segera diatasi.

30. Dalam bak jok diteubiet saka
(Dalam batang ijuk/enau/aren keluar gula).
Artinya: Seseorang yang berusaha dengan rajin dan gigih pasti akan mendapatkan hasil. Diibaratkan seperti orang yang berusaha mengambil air pada pohon enau/aren, dengan rajin memotong tandan (tangkai panjang) aren, karena dengan cara itu dia akan berhasil mendapatkan apa yang diharapkan.

31. Meunyo han carong tapeuantok
(Apabila tidak pandai mengolah).
Artinya: Jika seseorang tidak pandai mengelola, mengatur, serta memperbaiki sesuatu, maka orang itu tidak akan mendapatkan apa-apa.

32. Siuroe suntok lalee meudakwa
(Sehari suntuk asyik bertengkar).
Artinya: Seorang pemimpin jika tidak pandai mengatur dan mengolah suatu masalah akan menimbulkan akibat di kemudian hari, seperti perselisihan yang berkepanjangan
dalam masyarakatnya.

33. Beuo seuiet, jeumot meugriet. 
(Malas tidak giat bekerja, rajin tak cukup waktu).
Artinya: Menggambarkan seorang pemalas yang tidak giat bekerja dan berusaha. Kerjaannya hanya duduk dan tidur saja. Sedangkan orang yang rajin senantiasa tidak mempunyai cukup waktu untuk bekerja dalam satu hari. Setiap pekerjaan harus diselesaikan dengan segera, karena keesokan harinya
sudah menunggu pekerjaan yang lain.

34. Manyang meulip-lip, meuseupet meuiet-iet
(Tinggi tampak menjulang, terjepit merintih-rintih).
Artinya: Sesuatu yang tinggi pasti akan terlihat menjulang ke langit, dan setiap orang yang terjepit sesuatu pasti akan merintih/menjerit karena kesakitan.

35. Hak bloe breueh bek bloe bajee
(Hak membeli beras jangan dibeli baju).
Artinya: Uang yang akan digunakan untuk membeli beras, jangan digunakan untuk membeli baju, karena harga baju lebih mahal dari harga beras. Salah menggunakan uang akan menyulitkan belanja sehari-hari. Bila seseorang ingin membeli sesuatu, seharusnya menyediakan biaya sesuai rencana. Jika
pembelian itu memakai dana lain, maka akan membawa akibat di kemudian hari. Peribahasa lain yang mirip, yaitu "Hak bloe gulee bek tabloe ija" (hak membeli sayur jangan dibelikan kain).

36. Bek peusaban kai ngon aree
(Jangan disamakan batok (tempurung kelapa) dengan bambu).
Artinya: Dalam kehidupan, seseorang harus bisa membedakan sesuatu, seperti isi satu batok (setengah liter) jangan disamakan dengan satu bambu (dua liter). Apabila seseorang tidak dapat membedakan ukuran isi dalam hidupnya, maka akan mendapat kesulitan serta tidak mempunyai pegangan sebagai pedoman hidup.

37. Bek peusare naleh ngon gunca
(Jangan disamakan nalih (satuan ukuran isi) dengan kunca (bakul/keranjang dari anyaman bambu)).
Artinya: Nalih dengan kunca itu tidak sama nilai isinya. Satu kunca isinya sepuluh nalih, oleh karena itu setiap orang harus tahu hak masing masing. Jika memang mendapat satu nalih, maka terimalah satu nalih, jangan menginginkan menjadi satu kunca. Jagalah hati dan pikiran jangan sampai menimbulkan iri hati, dengki, dan khianat, hanya karena ingin menyamakan hasil/pendapatan dengan orang yang lebih dari kita.

38. Meunyo get niet ngon hasat, laot darat Tuhan peulara
(Jika baik niat dan tujuan, laut dan darat Tuhan memelihara).
Artinya: Seseorang yang baik niat dan tujuan hidupnya, ke mana pun ia pergi, baik di lautan maupun di daratan selalu dalam perlindungan Tuhan.

39. Meunyo get dalam hate, lahe bak ie rupa
(Jika baik dalam hati, lahir pada wajah).
Artinya: Jika seseorang itu baik hatinya, maka akan terpancar di wajah orang itu. Ketika berbicara kata-katanya menyejukkan hati dan ketika berpisah terasa ingin berjumpa lagi, karena terkesan oleh kebaikannya.

40. Meunyo brok dalam hate, lahe bak peugah haba. 
(Apabila buruk dalam hati, lahir waktu berbicara).
Artinya: Seseorang yang hatinya buruk, bila berbicara selalu menyinggung perasaan orang lain. Kata-kata yang diucapkan selalu bernada menyindir, mengejek, sinis, curiga, buruk sangka, dan apabila didengar sangat tidak menyenangkan dan menyakitkan hati.

Demikian 40 kumpulan pribahasa Aceh yang dikutip dari buku Kumpulan Pribahasa Indonesia dari Aceh sampai Papua disusun Imam Budhi Santosa, semoga bermanfaat.***

Post a Comment for "40 Kumpulan Pribahasa Aceh dan Maknanya Dalam Kehidupan Sehari-hari"